Sabtu, 22 April 2017

Antraknosa : Colletotrichum Gloeosporiodes

Morfologi dan daur penyakit

Konidia dapat membentuk apresoria yang dirangsang oleh keadaan suhu, kelembaban dan nutrisi yang cocok. Pada saat perkecambahan apresoria akan cepat dan mudah menginfeksi inangnya. Penyakit kurang terdapat pada musim kemarau, atau dilahan yang mempunyai drainase baik, dan yang gulmanya terkendali.

Penyakit ini tersebar luas di daerah pertanaman bawang di Indonesia.


Gejala serangan
Pada  gejala  awal,  daun  memperlihatkan  bercak  putih  berukuran  antara 1 - 2 mm. Bercak putih melebar dan berubah warna menjadi kehijauan. Tanaman mati dengan mendadak, daun bawah rebah karena pangkal daun mengecil. Penyakit ini dikenal sebagai penyakit otomatis, karena tanaman yang terserang pasti akan mati.  Spora nampak bila infeksi telah lanjut, dengan koloni berwarna merah muda, yang berubah menjadi coklat gelap dan akhirnya kehitam-hitaman.
Apabila kelembaban udara tinggi terutama dimusim hujan, miselium akan tumbuh dari helai daun menembus sampai ke umbi menyebar ke permukaan tanah. Miselium yang ada di permukaan tanah berwarna putih dan dapat menyebar ke tanaman lain yang berdekatan. Daun menjadi kering, umbi membusuk.  Infeksi sporadis menyebabkan pertanaman tampak botak di beberapa tempat.

Tanaman inang lain
Tanaman sayuran kacang-kacangan, labu-labuan dan terung-­terungan.

Cara pengendalian
  • Pengendalian secara bercocok tanam, dengan mengatur waktu tanam yang tepat, penggunaan benih yang berasal dari tanaman sehat.
  • Pengendalian fisik/mekanik, dengan cara sanitasi dan pembakaran sisa-sisa tanamana sakit, eradikasi selektif terhadap tanaman terserang jika hasil pengamatan serangan ringan < 10 %..
  • Pengendalian kimia, dilakukan jika hasil pengamatan intensitas serangan  > 10 %.  Fungisida yang digunakan yang telah diizinkan oleh Menteri Pertanian.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar